Terjadi krisis yang melanda pemuda kalangan bawah, bukan para kalangan bawah bingung mencari bekal untuk hidup, mencari tempat untuk menyumbangkan tenaga, berharap pada balasan upah, tak peduli besar atau kecil gaji tapi yang penting ada, Dilema di negeri sendiri untuk bekerja, karena adanya sistem famili alias calo, bagaikan darah yang disedot lintah asing, ditambah cekikan saudara negri sendiri, Tragis saat nekat pergi ke negeri asing, dengan iming-iming dan imajinasi dari para agen, tidak sedikit yang berhasil, namun sangat banyak yang bernasib naas, diperlakukan seperti anjing peliharaan, tenaga dikuras diri ditindas, akibat korban perdagangan manusia, cara legal maupun ilegal tak ada bedanya, yang berwenang seolah tutup mata dari fakta dunia nyata, tentang resiko yang terjadi tanpa pencegahan, yang penting terisi kas negara, dan memberi gelar formalitas "Pahlawan Devisa". |
Tidak dapat dipungkiri mayoritas rakyat Indonesia berada dalam garis kemiskinan karena kurang meratanya pertumbuhan ekonomi setiap lapisan masyarakat, dimana yang kaya terus melambung dan yang miskin terus tergilas. Ditambah sulitnya mencari lapangan kerja di negeri ini, kalaupun ada rata-rata penghasilan untuk para buruh hanya berkisaran 1 jutah Rupiah per bulan. Itu terbilang kecil bila dibandingkan dengan gaji minimum yang ideal yaitu 3 juta sampai 5 juta Rupiah per bulan seperti gaji golongan paling bawah pegawai negeri sipil.
Oleh karena itu, banyak yang mencoba peruntungan dengan bekerja di luar negeri. Salah satu alasannya adalah karena penghasilannya cukup menggiurkan yaitu bisa mencapai puluhan juta per bulan, walaupun dengan resiko potongan biaya ijin tinggal (paspor) namun hasil akhirnya mungkin tetap lebih besar dari penghasilan standar di dalam negeri yaitu berkisaran 5 juta Rupiah ke atas.
Penghasilan yang cukup besar itu juga memiliki resiko yang sangat besar pula, dimana Tenaga Kerja Indonesia sangat rentan terhadap adanya ketidakadilan seperti gaji tidak dibayar, penganiayaan, penyiksaan, pemerkosaan sampai pembunuhan yang harus dialami para TKI. Itu seperti fakta yang sudah menjadi rahasia umum tentang kejadian yang biasa dialami para TKI ketika pulang dari luar negeri.
Ada beberapa alasan mendasar yang menyebabkan resiko itu terjadi yaitu TKI yang statusnya ilegal. Sehingga mereka tidak terdaftar di Badan Ketenagakerjaan dengan bekerja tanpa jaminan dan perlindungan resmi dari negara saat berada di luar negeri. Mereka yang pergi dengan cara ilegal itu hanya bermodal nekat yang sangat besar dengan maksud untuk mengurangi biaya keberangkatan dan menghindari proses yang panjang di Ketenagakerjaan.
Namun, cara yang legal (resmi) pun terkesan tidak ada bedanya karena pemerintah hanya memberikan bekal keterampilan bahasa sesuai negara yang dituju, tentang etika kerja dan penempatannya saja. Tanpa ada sistem pengawasan dan perlindungan yang jelas terhadap para TKI. Bahkan pemerintah seolah tutup mata dari fakta yang terjadi dan derita yang menimpa para TKI di luar negeri.
Misalnya, seperti berita penyiksaan yang dialami para TKI di Malaysia seolah dilatarbelakangi oleh perselisihan masa lalu dan masa sekarang dengan Indonesia. Ditambah berita pemerkosaan yang dialami para TKI wanita di negara-negara Arab, yang dilatarbelakangi budaya masa lalu bangsa Arab yang menganggap mereka sebagai budak belian yang bebas diperlakukan semaunya ketika zaman perang dahulu. Namun, yang paling parah adalah berita kematian para TKI di luar negeri baik yang dilatarbelakangi akibat penyiksaan yang sudah sangat parah atau hukuman mati akibat membela diri dari pelecehan seksual. Semua itu tampak sangat menyedihkan dan ironi yang akan terus berlanjut, dimana harkat & martabat bangsa Indonesia seolah diinjak-injak dan dipandang hanya sebagai bangsa pekerja bawahan baik di luar maupun dalam negeri oleh negara asing.
Negara-negara yang menjadi tujuan para TKI untuk bekerja memang termasuk negara-negara maju yang kesejahteraan rakyatnya sudah merata dan terjamin. Namun, tentang alasan terjadinya peristiwa-peristiwa buruk itu selain karena berstatus ilegal mungkin juga karena pengaruh budaya dan kondisi masyarakat di sana sendiri.
Tetapi, pemerintah seharusnya melakukan upaya semaksimal mungkin untuk melindungi para TKI di luar negeri dengan cara meningkatkan sistem pengawasan & perlindungan ketika sudah ada di tempat kerjanya. Misalnya, pemerintah menjamin sarana komunikasi para TKI di tempat kerjanya untuk berhubungan dengan keluarganya atau menghubungi pemerintah jika terjadi tindak pidana. Selanjutnya, adanya pengawas khusus dari pemerintah yang mengontrol langsung ke lapangan untuk melihat kondisi TKI bisa per bulan atau bahkan per minggu.
Harapan saya, semoga pemerintah lebih meningkatkan lagi sistem pengawasan & perlindungan TKI ketika sudah berada di luar negri. Jangan sampai terkesan tidak peduli dengan bencana yang kerap menimpa para TKI dan hanya mengeruk devisa nya saja. Tidak ada kata terlambat untuk menyelamatkan saudara-saudara kita supaya tidak menjadi korban ketidakadilan orang asing. 8-)
Sekian coretan ini hanya sekedar observasi saya selama ini, Fighting for Social Justice !, terkait dengan ->
>> JEPANG & AMERIKA SERIKAT, Musuh Besar Jadi Sekutu Royal
>> Indonesia adalah Negara Agraris atau Industri ?
>> Sumber - Sumber Keuangan Utama Amerika Serikat Berasal dari Sektor Perdagangan
>> Suburnya Praktek "Percaloan" untuk Masuk ke Perusahaan, Pemerintah INDONESIA Kurang Mengawasi Perekrutan Buruh
>> Memperingati dan Memahami Hari Kartini Tanggal 21 April 2012
>> Dilema Sepakbola Indonesia, Nonton Sinetron Yuk! LPI vs LSI ?
>> FREEPORT : Tanah Papua yang Digadaikan Kepada Negara Asing
>> Sistem Ekonomi Pancasila Terlindas oleh Sistem Investasi Industri di INDONESIA Saat Ini
>> Gadis Perawan Pakai KB (Keluarga Berencana) ??? | Nyata Kasus ENDEMIK Generasi Penerus INDONESIA
>> Minoritas Berkuasa atas Mayoritas ! Amerika Serikat Sekutu Sejati ZIONIST !
>> Beberapa Kemunafikan dalam Kebijakan Luar Negri AMERIKA SERIKAT terhadap Dunia
>> Problema SISTEM KERJA KONTRAK untuk Para Buruh Pabrik di INDONESIA
>> Fenomena Banyaknya Kasus Korupsi yang Dijatuhi Hukuman Kurang dari 5 Tahun Sehingga Mengakibatkan Mantan Koruptor Setelah Bebas Bisa Menjabat Lagi
>> EKOSISTEM TERMINAL Sebagai Pintu Masuk Ibukota yang Lebih Kejam daripada Ibutiri | Ibarat Hutan Rimba di Tengah Kota Metropolitan
>> Rencana Penghapusan Mata Pelajaran BASA SUNDA dan Bahasa Daerah dari Kurikulum Pendidikan 2013/2014 oleh Kementerian Pendidikan | Orang Sunda dan Indonesia Diujung Kehilangan Karakter & Jati Diri Bangsa
>> Semenanjung Korea Memanas, Resiko Perang Nuklir dalam Perang Dunia Ketiga di Depan Mata | Efek yang Harus Dikhawatirkan Indonesia dan Seluruh Negara di Dunia
>> Analisa & Perbandingan Democratic Party di Amerika Serikat dengan Partai Demokrat di Indonesia
tanda tangan,
\|||/
1 klik iklan nya bro :)
vikingoisoadcjr.mwb.im
0 komentar:
Posting Komentar