Rabu, 06 Maret 2013

EKOSISTEM TERMINAL Sebagai Pintu Masuk Ibukota yang Lebih Kejam daripada Ibutiri | Ibarat Hutan Rimba di Tengah Kota Metropolitan


480136_545124692174851_490846360_b.jpg
Beginilah kondisi orang muda Indonesia saat ini,
Terjadi krisis yang dihadapi pemuda sebagai generasi penerus masa depan,
Generasiku banyak yang frustasi,
Tuk sekedar memenuhi kebutuhan setiap hari,
Bahkan ketika imajinasi dihantam dunia nyata,
Ilusi pun sering tercipta,
Tuk sekedar makan berharap ada sesuatu yang jatuh dari atap,
Dan langsung tersaji di atas piring yang kosong,
Maka jatuhlah sebongkah daging terlihat mata,
Padahal itu seekor cicak budug yang kelaparan tak memakan nyamuk,
Si nyamuk mati karena menghisap darah orang kurang gizi yang sedang berimajinasi,
Mengkilap giginya sampai lalatpun silau karenanya dan langsung dilahap olehnya,
Lumayan sebagai pengganti pencuci mulut,
Begitulah keseharian di dunia Leder.


Pertumbuhan setiap daerah di Indonesia memang kurang merata, sehingga muncul istilah kota-kota besar yang menjadi pusat pembangunan di setiap daerah. Apalagi peranan Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia bisa dikatakan sebagai pusat pertumbuhan dan pembangunan berbagai macam bidang kehidupan dan biasa disebut Metropolitan.

Dengan alasan itulah sehingga muncul istilah urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Pada umumnya dilatarbelakangi oleh bidang ekonomi sehingga banyak orang yang mencoba mengadu nasib ke kota-kota besar. Pada kenyataannya memang cukup banyak orang yang berhasil memperbaiki taraf hidupnya, namun tidak sedikit pula yang gagal sesuai pepatah "ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri".

Namun, sebelum orang-orang yang ingin mengadu nasib di kota-kota besar itu merasakan tentang kerasnya bertahan hidup, di saat pertama menginjakkan kakinya di terminal sebagai pintu masuk jika diamati sudah mencerminkan hal itu. Ekosistem terminal menggambarkan bagaimana orang yang lemah pasti terinjak dan hanya orang yang kuat bisa tetap bertahan. Sehingga terminal identik dengan preman dan rentan terjadinya kriminalitas.

Oleh karena itu, terminal ibarat hutan rimba di tengah kota yang berisi hewan-hewan buas yang siap menerkam orang desa yang baru ke kota atau sekedar orang asing yang melewatinya. Berikut ini contoh cerita tentang gambaran kehidupan nyata di terminal :

Kobuy pulang dari Banten menuju Cianjur dengan menumpang Bus Banten-Tasikmalaya sehingga singgah di Terminal Kampung Rambutan-Jakarta. Saat masuk terminal bus berhenti (ngetem) untuk menunggu penumpang sekaligus memberikan kesempatan para pedagang asongan untuk berjualan. Lalu ada pedagang asongan yang menjual air mineral isi extra joss yang langsung menjajakkan dagangannya dengan menyimpannya di pinggir paha setiap penumpang. Kobuy pun menyentuh dagangan itu untuk sekedar melihat, ternyata si pedagang langsung mendekati Kobuy dan malah meminta langsung dibayar Rp 15.000,- untuk sebotol air mineral isi extra joss dengan cara memaksa. Malah ada seorang kakek tua renta yang dipaksa membayar 1 paket kue moci Rp 50.000,- dengan cara dipaksa, dibentak-bentak bahkan sampai ditoyor-toyor. :?


Itu hanya sepenggal cerita di dunia nyata tentang gambaran ekosistem terminal, dimana para pedagang asongan itu memang sudah biasa melakukan pemerasan dan kekerasan karena mereka punya komplotan preman yang berkuasa di terminal tersebut sehingga supir dan kodektur bahkan petugas terminal pun takut kepada mereka. Cerita di atas mungkin hanya menggambarkan tindakan pemerasan saja tetapi tindakan kriminalitas yang lain seperti pencurian, perampokkan bahkan pembunuhan sangat rentan terjadi di terminal yang dilatarbelakangi masalah ekonomi si pelaku.

Jadi menurut saya, pihak yang berwenang (pemerintah dan kepolisian) harus menanggulangi permasalahan ini, seperti dengan :

  1. memperbanyak petugas terminal.
  2. polisi melakukan patroli di wilayah terminal dalam beberapa jam secara teratur.
  3. membangun pos polisi di terminal.


Mungkin solusi di atas bisa sekedar melindungi rakyat Indonesia yang melintasi kawasan terminal bus, stasiun kereta api, dermaga kapal laut bahkan bandara pesawat terbang sekalipun, walaupun mungkin tidak akan mampu memberantas premanisme dan kriminalisme yang rentan terjadi di tempat-tempat publik itu. Dan solusi terakhir dari saya adalah diusahakan tidak bepergian sendirian ke kota-kota besar khususnya untuk orang-orang yang bisa disebut dari pedesaan.


Sekian coretan ini hanya sekedar observasi saya selama ini, Fighting for Social Justice !, terkait dengan ->

>> JEPANG & AMERIKA SERIKAT, Musuh Besar Jadi Sekutu Royal

>> Indonesia adalah Negara Agraris atau Industri ?

>> Sumber - Sumber Keuangan Utama Amerika Serikat Berasal dari Sektor Perdagangan

>> Suburnya Praktek "Percaloan" untuk Masuk ke Perusahaan, Pemerintah INDONESIA Kurang Mengawasi Perekrutan Buruh

>> Memperingati dan Memahami Hari Kartini Tanggal 21 April 2012

>> Dilema Sepakbola Indonesia, Nonton Sinetron Yuk! LPI vs LSI ?

>> FREEPORT : Tanah Papua yang Digadaikan Kepada Negara Asing

>> Sistem Ekonomi Pancasila Terlindas oleh Sistem Investasi Industri di INDONESIA Saat Ini

>> Gadis Perawan Pakai KB (Keluarga Berencana) ??? | Nyata Kasus ENDEMIK Generasi Penerus INDONESIA

>> Minoritas Berkuasa atas Mayoritas ! Amerika Serikat Sekutu Sejati ZIONIST !

>> Beberapa Kemunafikan dalam Kebijakan Luar Negri AMERIKA SERIKAT terhadap Dunia

>> Problema SISTEM KERJA KONTRAK untuk Para Buruh Pabrik di INDONESIA

>> Fenomena Banyaknya Kasus Korupsi yang Dijatuhi Hukuman Kurang dari 5 Tahun Sehingga Mengakibatkan Mantan Koruptor Setelah Bebas Bisa Menjabat Lagi

tanda tangan,


indonesia-axisofjustice.jpg


fb-like-button2.jpgAxis of Justice Indonesia


\|||/



1 klik iklan nya bro :)



vikingoisoadcjr.mwb.im


0 komentar:

Posting Komentar